Rabu, 16 Januari 2013

Perjuangan tenaga kerja indonesia diluar negeri untuk mendapatkan gelar sarjana


Tidak pernah terlintas di benak sulistiyo wijirahayu yang lebih akrab di panggil sulis, anak pasangan bapak Sholeh (alm) dan ibu Dwi Darsuli yang berasal dari Desa Gaji, Kecamatan Tegowanu, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah kalau dia bisa meneruskan kuliah di luar negri. Setelah lulus SMA (sekolah menengah atas) ia harus melipat mimpinya untuk meneruskan kuliah sekalipun ia dapat beasiswa masuk universitas (BMU) karena prestasinya. Ternyata rencana Tuhan memang indah. Namun butuh prjuangan panjang dan pedih untuk sampai ke saat ini.

Tahun 2005, sulis tamat SMA. Ia tidak bisa menikmati kegembiraan seperti teman-temannya dengan rencana-rencana untuk kuliah. Ayahnya terserang penyakit jantung dan mengharuskan beliau berbaring di rumah sakit dengan biaya yang semakin hari semakin membengkak. Membuat hati sulis sebagai anak pertama berfikir, menepikan keinginannya untuk kuliah dan maju untuk menolong keluarga. Dengan tekad yang bulat memilih menjadi BMI. Hongkong adalah pilihannya saat itu. 

Masuk penampungan 1 minggu, ayahnya dipanggil Tuhan. Duka bergelayut dihatinya. terlebih ia tidak bisa mengantar ayahnya ke pembaringan terakhir, karena jarak rumah dengan penampungan sangat jauh serta tidak adanya uang ditangan.

Setelah 6 bulan di balai latihan kerja (BLK) ia mendapat job untuk bekerja di daerah yuen long (Hongkong). Dia di PHK karena kendala bahasa. Majikannya menggunakan bahasa mandarin sedangkan bahasa yang di pelajari sulis di BLK adalah bahasa kanton. Tanpa diberi upah sepeserpun ia dikirim kembali ke BLK untuk menunggu visa pergantian majikan. Gajinya selama kerja 6 bulan adalah milik agency sebagai ganti biaya pemberangkatan. Dan kini ditambah lagi biaya untuk pulang ke indonesia.

Dua bulan kemudian dia kembali ke hongkong setelah tinggal di penampungan. Kali ini sulis bekerja di daerah sam shui po. Pekerjaanya lebih banyak dari sebelumnya. Selain mengurus pekerjaan rumah tangga ia juga harus mengurus bayi, namun nasib baik belum juga berpihak padanya, sebulan kemudian di PHK dengan alasan tidak bisa mengurus bayi.

Kembali ia dipulangkan ke indonesia. Kali ini ia cukup lama di BLK. Mungkin majikan yang akan memperkerjakanya melihat riwayat di hongkong  yang sudah dua kali di-PHK membuat mereka menggeleng kepala setiap kali melihat berkasnya.

Hampir Sulis menyerah, namun tekan selalu ia tumbuhkan. Do’a tak lelah ia haturkan kepadaNYA. Ia tak ingin cobaan yang di alami membunuh mimpi-mimpinya.
Akhirnya ia mendapat job baru, kali ini ia bekerja di daerah fanling sebagai pembantu rumah tanggan saat pertama kali masuk adan agency meninggalkannya di rumah majikan barunya tetap tak bersahabat dari Thai-thai membuat sulis was-was.

Apapun yang sulis lakukan selalu salah. bahkan berkali-kali piring, pakaian harus dicuci ulang. Lantai dipel berkali-kali. Bagaimanapun cara kerja sulis ia akan selalu bertemu kalimat-kalimatseperti suara kereta api yang tak ada putus-putusnya keluar dari mulut Thai-thai. Thai-thai seperti mata-mata yang setia mengintai segala gerak-geriknya. Benar-benar seperti kerja rodi di jaman dulu.

Di hari keempat ia kembali di PHK. Patah smua semangatnya. Menjadi pembantu rumah tangga di hongkong ternyata tak semudah seperti cerita sahabat-sahabat yang selama ini ia dengarkan.

Tekadnya dalam hati sangat kuat, tak akan pulang sebelum berhasil..!!!!. akhirnya ia memberanikan untuk menelphon dan curhat apa yang dia alami dengan sahabatnya di macau. Sahabatnya menganjurkan agar sulis ke macau.

Dia langsung menuju tempat pembelian tiket di terminal feri di Tsim sha tsui, kowloon untuk ke macau. Setelah membayar tiket, dalam sakunya hanya tinggal tersisa $100. Perjalanannya ke macau menggunakan visa turis.

Tinggal beberapa hari batas visanya ia mendapat pekerjaan dengan status pekerja stay in di toko cat milik Mr. Mei yee da silva lelaki yang berkebangsaan portugis.

Kemahirannya berbahasa kantonis telah menyelamatkanya dari salah satu syarat utama bekerja di majikan kali ini, ditambah sedikit bahasa inggris yang dikuasainya membuat Mr. Mei Yee langsung mengangguk-angguk senang ketika untuk pertamakali agency temannya di macau yang mempertemukannya dengan majikan barunya.

Dengan segala kemampuanya, sulis melakukan semua pekerjaan dengan sangat baik. Dia bukan saja membuat majikanya senang tapi juga bisa mendapatkan kepercayaan penuh. Majikanya kali ini tidak seperti majikannya dulu di Hongkong. Majikannya sekeluarga yang sekarang bahkan memperlakukan sulis seperti bagian dari keluarga mereka. Luar biasa, jarang sekali bisa menemukan majikan yang seperti ini.

Setelah beberapa lama di Macau, Sulis mulai mencari informasi. Sulis sangat berterimaksih dengan keluarga Mr. Mei Yee sekeluarga yang sangat mendukungnya untuk sekolah. 

Dan akhirnya di hari libur, sulis memutuskan untuk kursus komputer. Dengan cepat sulis mahir mengoprasikan komputer. Setelah lulus dari kursus dengan nilai yang memuaskan. Dia langsung ditarik sebuah lembaga kesetaraan untuk BMI di macau yang wktu itu baru dibuka, dia ditempatkan untuk mengajar komputer pada saat jam kerjanya usai atau saat libur.

Setahun dia mengajar komputer lalu dia merangkap ke bagian administrasi, kelincahanya dalam menghitung membuat pemilik lembaga berdecak kagum.

Kemudian ia menemukan informasi tentang sekolah lanjutan program diploma informasi technology di Hongkong lewat sebuah tabloid yang dibawa temannya.

Sempat Mr. Mei Yee tidak setuju kalau sulis mesti bolak-balik Macau-Hongkong untuk kuliah. Namun melihat semangat sulis yang berapi-api untuk kuliah, akhirnya Mr. Mei Yee memberikan izin asal tugasnya di toko cat yang jam bukanya cukup panjang dari jam 9 pagi sampai jam 8 malam bisa dilakukan sulis dengan baik.

Sejak itu, setiap sebulan sekali sulis harus bolak-balik ke Hongkong untuk menuntut ilmu. Sulis sangat sadar, ilmu ini sangat diperlukannya karna kini dia jadi tutor komputer dan bekalnya kelak setelah pulang ke tanah air. Toh, ia tidak mau selamanya menjadi BMI. Ada ibu dan adiknya yang mesti ia jaga. Ia kembali mendapat informasi dari sahabat BMI bahwa  ada universitas S1 manajemen bisnis akan dibuka di Macau. Tidak ia sia-siakan kesempatan baik ini.

Seperti  sebuah keajaiban. Keberuntungan dan kemudahan seakan mulai berkawan dengannya, saat pertamakali universitas S1 presentasi dimacau, dosennya langsung meminta sulis untuk membantu menjadi asisten dosen.

Setiap Hari, Minggu dan bulan dia isi dengan segala kesibukan yang positif. Minggu pertama dia harus ke Hongkong belajar IT. Minggu kedua dia kuliah di Macau belajar manajemen dan juga menjadi asisten dosen.

Minggu ketiga dan keempat dia mengajar kursus komputer. Kuliah dilakukan pada saat dia libur selain itu lebih banyak lewat online. Karena kecapekan sempat sulis sakit. Mr. Mei Yee protes. namun kembali sulis meyakinkan ke Mr. Mei Yee jika sudah terbiasa semua akan baik-baik saja.

Tiga tahun sulis menekuni semua, pada 11 september 2011 dia lulus S1 dengan gelar BSEM (bachelor of scientist enterpreneur management) dan lulus D1 IT dengan sertifikat dari dosen Hongkong. Diploma IT dari Indonesia dengan namanya AVM Hongkong, cabang dari ITS Surabaya, dan Universitas Saint Marys Hongkong dari philipina. S1 dari universitas luar negeri asli.

Ibunya, ibu Dwi Darsuli sangat senang dengan segala kedewasaan sulis dalam menghadapi masalah sendiri dan tak pernah menduga Sulis pulang membawa dua gelar dari dua universitas di dua Negara berbeda.

Tagal 16 mei 2012, genap 6 tahun dia kembali ke tanah air setelah setahun di Hongkong dan lima tahun di Macau, tanggal 26 juni 2012 ia mulai bekerja di kantor kecamatan Tegowanu sebagai operator E-KTP. Dan malam harinya dia diminta untuk mengajar privat komputer. Setelah 3 bulan kerja sebagi operator E-KTP, ada info lowongan kerja sebagai administrasi keuangan di PT. Raya Konsult KSO dari temannya, tanpa berfikir panjang dia langsung mendaftar dan mulai tanggal 01 Oktober 2012 dia di terima kerja di PT. Raya Konsult KSO di posisi administrasi.

Sulis berharap kelak ia bisa membuka sendiri kursus computer untuk berbagi ilmu yang didapatnya. Tentu sekarang ia memerlukan dana yang tidak sedikit untuk membangun cita-citanya “berharap ada keajaiban !! ada orang yang mau bekerja sama untuk ini.” Ujarnya.
Segala yangtelah diperjuangkan Sulis dapat menunjukkan kepada banyak orang , BMI tidak lagi dapat dipandang sebelah mata. Asal ada kesempatan buat mereka, mereka bisa berprestasi dengan baik. Sulis berharap semua BMI, “janganlah menyia-nyiakan kesempatan, karena kesempatan tidak dating untuk keduakalinya, karena pepatah mengatakan carilah ilmu sampai ke negeri cina. Raihlah segala cita-cita selagi kita bisa!!!”.

foto dengan mahasiswa dari afrika

Sumber : Indo Suara th.VI VOL.12 / 72 Oktober 2012 halaman :68


Bagikan